Salam dan bahagia, Bapak / Ibu guru dimana pun kita berada, waktu dan jarak bukan lagi penghalang yang signifikan bagi kita untuk terus beraktifitas, belajar dan berkarya. 'kita dapat belajar dari dekat yang kita hadapi hingga dari yang jauh yang kita pandangi' itulah motto belajarbersama99 yang selalu menguatkan ku selama ini. semoga kita dapat belajar dan mengambil hikmahnya dalam kegiatan kita dan senantiasa diberi keberkahan kesehatan dan kenikmatan agar kita selalu bisa terus belajar dan berkarnya.
Pada kesmpatan ini kita akan berbagi pengalaman dan belajar bersama mengenai koneksi antar materi 3.1 yang sudah dirnagkum guna untuk memenuhi perjalanan guru dalam mengikuti pendidikan guru penggerak yang deselenggarakan oleh pemerintah.Dalam kesempatan mengikuti pendidikan guru penggerak tentu tidaklah sendirian banyak orang orang hebat disekita kita yang juga turut berperan dalam kegiatan pendidikan guru penggerak selain 223 peserta pendidikan guru penggerak kabupaten Tegal yang kemudian diregrouping kelas yang terdiri dari 10 peserta CGP 2 Pengajar Praktik dan 1 orang fasilitator. saya kebetulan didampingi oleh pengajar praktik bapak Tarno, S.Pd.SD seorang kepala sekolah dari SD Negeri Mokaha 01 dan Fasilitaor Ibu Ulwa Humairoh Gandes Luwes, S.Pd. seorang guru hebat dari sekolah luar biasa di Kota Sukoharja.
Dalam tugas koneksi antar materi modeul 3.1 dimana kita ditugasan untuk merangkum keterkaitan antar modul dari mulai keterkaitan modul 3.1 dengan modul 1.1, modul 3.1 dengan modul 1.2, modul 3.1 dengan 1.3, modul 3.1 dengan modul 1.4 yang kemudian juga dilanjutkan dengan keterkaitan modul 3.1 dengan modul 2.1, modul 3.1 dengan modul 2.2, modul 3.1 dengan modul 2.3. Dimana dalam melakukan rangkuman modul kita dipandu dengan panduan yang ada dalam LMS (Learning Management System) dengan pertanyan yang disediakan guna untuk memandu dalam rangkuman kesimpulan pembelajaran. berikut ini pertanyaan panduan serta rangkuman yang sudah dibuat dengan penulisan lebih tebal serta bertulis miring.
Bagaimana filosofi Ki Hadjar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan filosofi Ki Hadjar Dewantara (Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani) sebagai landasan dalam membuat dan menjalankan berbagai keputusan. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran akan lebih efektif jika ia mampu memberikan teladan untuk dijadikan contoh bagi murid dan lingkungannya (Ing Ngarso Sung Tulodho). Berikutnya, sebagai bagian dari komunitas ia turut serta menggerakkan komunitasnya untuk melaksanakan keputusan yang telah dibuat (Ing Madyo Mangun Karso). Pada kesempatan lain pemimpin juga menempatkan dirinya sebagai motivator sehingga murid dan lingkungannya termotivasi untuk melaksanakan berbagai keputusan yang telah dibuat oleh pemimpinnya.(Tut Wuri Handayani)
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri kita akan muncul dalam bentuk karakter pribadi kita. Karakter seorang pemimpin merupakan akumulasi dari kepribadian, watak serta sifat yang dimiliki dan mengarahkannya pada kebiasaan maupun keyakinan pemimpin tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Pembentukan karakter dalam diri seseorang akan terjadi melalui proses pembelajaran sepanjang hidupnya. Karakter seorang bukanlah bawaan sejak ia lahir, akan tetapi terbentuk karena suatu proses pembelajaran dari lingkungan keluarga dan orang-orang sekitar. Seseorang pemimpin yang berkarakter baik akan mampu menghasilkan keputusan-keputusan yang baik pula. Dengan kata lain karakter seorang pemimpin akan berbanding lurus dengan prinsip-prinsip yang akan digunakannya dalam mengambil keputusan.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan berpedoman pada 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan. Pendamping atau fasilitastor padan kegiatan coaching dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot dapat menggali potensi CGP (coachee) dalam mendapatkan alternatif opsi lainnya pada langkah investigasi trilema sebagai opsi trilema dari kasus yang terjadi. Efektifitas dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan melihat kembali atau merefleksikan proses pengambilan keputusan yang telah dilakukan sebelumnya. Refleksi ini nantinya dapat diambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Jika kita melihat kembali 9 langkah dalam menguji dan membuat keputusan maka pada setiap langkahnya kita menyadari betapa besarnya peran kompetensi sosial dan emosional disana. Mengenali berbagai emosi dan menerapkan kesadaran penuh adalah hal yang sangat penting agar kita tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Berempati terhadap orang lain serta kemampuan menjalin relasi sangat berguna ketika kita berupaya menemukan fakta-fakta yang relevan dengan kasus yang berhubungan dengan dilema etika tersebut. Lalu pada akhirnya tentu saja sesorang yang memiliki kompetensi sosial emosional akan mampu mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab bagi dirinya dan lingkungannya.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik akan menuntunya dalam membuat keputusan yang baik. Jika seorang pendidik meyakini berbagai nilai-nilai kebajikan merupakan bagian dalam dirinya maka dipastikan itu akan menjadikan dirinya sebagai sosok yang memiliki integritas dan bertanggung jawab.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat tentu dapat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman karena semua pihak yang terlibat dalam kondisi tersebut tidak merasa dirugikan oleh keputusan yang dibuat pemimpinnya. Prosedur pengambilan keputusan yang mengakomodir banyak pertimbangan dan pandangan dari berbagai sisi tentu saja akan melahirkan sebuah keputusan yang baik. Keputusan yang baik tentu saja akan berimbas terhadap tumbuhnya kepercayaan dari semua pihak dan dengan kepercayaan itu lah lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman itu tercipta.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang paling berat adalah perbedaan pandangan dari lingkungan saya terhadap kasus-kasus yang berhubungan dengan dilema etika. Ada sebagian kelompok yang begitu kaku terhadap aturan dan disisi lain ada kelompok yang cukup permisif sehingga cenderung mengabaikan aturan dengan dalih berbasis pada hasil akhir. Apalagi jika berhubungan dengan kasus-kasus yang dianggap mencoreng nama baik sekolah, seringkali keputusan yang dibuat tidak berpihak kepada murid. Nah, mencari titik tengah dari 2 pandangan ini adalah tantangan tersendiri bagi saya.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah adanya diferensiasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhan setiap murid sesuai dengan kodratnya masing-masing. Guru sebagai pemimpin pembelajaran memfasilitasi berbagai perbedaan potensi yang ada pada murid-muridnya dengan tujuan agar pembelajaran yang diberikannya dapat menuntun tumbuh kembangnya berbagai potensi tersebut. Murid-murid akan merasakan pembelajaran yang memerdekan dirinya. Ia akan merasa memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap berkembangnya potensi yang dimilikinya
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan seorang pemimpin pembelajaran yang memposisikan dirinya sebagai pendidik yang menuntun segala kodrat muridnya tentu saja akan mempengaruhi kehidupan atau masa depan mereka. Guru sebagai pemimpin pembelajaran akan menyadari betul dan melakukan berbagai upaya dalam menghadirkan pembelajaran yang berkualitas sesuai kebutuhan murid-muridnya di masa depan. Guru tak akan membuat keputusan-keputusan yang tidak berpihak kepada murid. Keputusan-keputusan dalam tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembelajaran sudah pasti tidak mempertimbangkan dirinya semata. Kehidupan dan masa depan muridnya lah yang akan jadi pertimbangan utamanya dalam mengambil keputusan.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan kompetensi harus dimiliki oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran. Keputusan pemimpin pembelajaran berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun murid sesuai kodratnya dan berpihak kepada murid karena setiap keputusan yang diambil nantinya akan mewarnai karakter murid di masa depan. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang telah menjadi kesepakatan kelas. Pembelajaran sosial emosional dan pembelajaran berdiferensiasi merupakan bentuk apresiasi guru terhadap keberagaman murid-muridnya. Selanjutnya pada tahap perencanaan dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan alur BAGJA untuk mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman (well being).
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Setelah mengikuti tahapan demi tahapan dalam mempelajari modul 3.1, saya merasa cukup memahami konsep-konsep yang dipelajari pada modul ini, seperti dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Hal yang diluar dugaan menurut saya adalah bahwa sebagai pemimpin pembelajaran kita tidak semata mengambil keputusan hanya merujuk aturan saja, namun diatas itu semua bahwa keputusan yang dibuat harus berpihak kepada murid.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, saya menerapkan pengambilan keputusan dengan menggunakan 3 prinsip penyelesaian dilema. Langkah-langkah dalam mengambil keputusan pun sebagian digunakan meskipun langkah langkah yang saya tempuh tidak dengan mempunyai prosedur baku seperti 9 langkah yang dipelajari pada modul ini. Beberapa langkah saya lakukan meskipun tidak persis berurutan, seperti menggali fakta dan menentukan pihak-pihak yang terlibat untuk selanjutnya meminta keterangan yang relevan dari pihak-pihak yang tersebut. Pengujian benar salah pun dilakukan dengan melihat apakah ada apakah ada aspek pelanggaran hukum dan peraturan dalam situasi tersebut. Perbedaan dengan apa yang saya pelajari pada modul ini adalah tidak adanya opsi trilema dan refleksi terhadap keputusan yang telah dibuat.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak yang paling signifikan bagi saya setelah mempelajari konsep ini adalah saya mampu mengenali dilema etika dan bujukan moral. Kemampuan ini nantinya tentu saja akan mendorong keterampilan saya dalam membuat berbagai keputusan yang tepat. Jika seorang pemimpin tidak mampu membedakan 2 hal ini maka dikhawatirkan keputusan yang dibuat menjadi tidak tepat. Oleh sebab itu saya merasa bahwa seorang pemimpin harus mampu mengidentifikasi antara dilema etika dengan bujukan moral. Setelah mengenali dilema etika dan bujukan moral saya bisa menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting karena modul ini memberikan pemahaman yang komprehensif bagi saya dalam mengambil keputusan, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Melalui modul ini saya memahami cara membuat keputusan yang baik dengan menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan. Dengan menggunakan langkah-langkah ini maka keputusan yang saya ambil akan jauh lebih baik dari kondisi saya sebelum mempelajari modul ini.
3 komentar
Click here for komentarRangkuman materi yang lengkap dan terperinci, mudah dipahami dan menginspirasi untuk bisa lebih mengeksplorasi dalam implementasi khususnya pada aspek profesional sebagai guru dan pemimpin pembelajaran. Selamat dan sukses selalu Pak Karsono.
ReplyTerimakasih banyak atas Materi yang dijabarkan. Materinya sangat lengkap sehingga mudah untuk dipahami.
ReplyLuar biasa pak Karsono materi dan desain kontennya. Mantap.
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon